Langsung ke konten utama

Terlanjur Kagum




TERLANJUR KAGUM
Oleh: Atiq Ni’matus Sa’adah

Aku bukan siapa-siapa
Aku hanya seorang diri berjiwa pengagum,
yang mengabdikan dirinya untuk mengagumimu,
yang mendermakan hidupnya untuk memujamu.

Aku tak punya apa-apa.
Aku hanya punya niat untuk mengagumimu.
Aku hanya punya hasrat untuk mengagumimu.
Aku hanya pengurai kata-kata, guna mengagumimu.

Aku tak bisa apa-apa.
Nafasku hanya untuk mengagumimu.
Detak jantungku ada untuk mengagumimu.
Hidupku adalah takdir untuk mengagumimu.

Segalanya hanya kuberikan untukmu
Untukmu yang sangat pantas kukagumi
Untukmu yang menetap abadi di jiwa ini
Untukmu yang tiada yang lain selain engkau


Kediri, 1 Februari 2020




Komentar

  1. Bagusss, ungkapan hati dari seorang secret admirer. Semangat berkarya😗

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya makasih,
      Di sini sebenernya maksud dari mengaguminya itu bisa dimaknai lebih luas lagi untuk siapa nya, heuheuheu

      Hapus
  2. Masyaa Allah baguss banget 🙆🌈✨

    BalasHapus
  3. penulis n puisinya juga patut untuk dikagumi hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau penulisnya nggak patut Sis, hehehe.
      Makasih komennya. :)

      Hapus
  4. Seperti diriku yg mengagumi dirinya bertahun-tahun cocok dah 🤣😂 semangat atiq ❤️ wis apik apik puisine 😊 sukses 👍 diterbitkan atuh puisinya 😀😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe, siap mbak Farida, mkakasih mbak.
      Iya mbak doakan aja, aku bisa nerbitin puisiku jadi buku,
      Tunggu tanggal mainnya, hehehe

      Hapus
  5. Menurut saya,saya memberikan sedikit kritiknya pusisi kurung bermakna secara mendalam sehingga pembaca hanya tidak tau apa yang ingin kau ungkapan dari tersebut

    BalasHapus
    Balasan
    1. O gitu,
      Coba dibaca lagi memakai perasaan, nanti mungkin akan sampai maknanya. Hehehe
      Sudut pandang yang berbeda juga mungkin :) :)

      Hapus
  6. Cuman bisa mengagumi..tidak bisa memiliki

    # sad 🥺

    BalasHapus
  7. Untukmu yang menetap abadi di jiwa ini
    Untukmu yang tiada yang lain selain engkau, Kekasih.
    .
    Heuheuehu🤗

    BalasHapus
    Balasan
    1. Paling suka pas kalimat yang itu ya?
      Makasih komennya.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi: Latar Belakang

  LATAR BELAKANG Oleh: Atiq Ni’matus Sa’adah   Ketika tengah menjadi mahasiswa tingkat akhir, aku harus melakukan penelitian guna menjadi prasyarat untuk dapat menyandang gelar sarjana. Aku sungguh kebingungan, bahkan hanya untuk menulis latar belakang. Apa ini karena aku terlalu sering menulis namamu? Hingga untuk menulis latar belakang sebuah penelitian saja, aku mengalami kesulitan. Aku berkeliling untuk mengamati lingkungan sekitar, dengan harap agar aku mendapat ilham untuk kemudian aku tuliskan sebagai latar belakang sebuah penelitian. Tetap saja, aku tak mendapatkan sebuah permasalahan yang bisa aku bahas di dalam penelitian. Apa ini karena aku terlalu sering mengamati wajahmu? Hingga untuk mengamati dan memahami permasalahan, aku sungguh kesulitan. Aku mencoba untuk berbincang-bincang dengan banyak orang. Orang dewasa maupun yang kurang dewasa. Bertanya kesana-kemari. Namun, tetap tak mendapatkan jawaban. Latar belakang penelitian itu tak kunjung bersarang di ot

PUISI: SAJAK-SAJAK TOLERANSI BERAGAMA

PUISI: SAJAK-SAJAK TOLERANSI BERAGAMA     PRAHARA KIBLAT Oleh: Atiq Ni’matus Sa’adah   Tanpa melukai hati siapapun Tanpa menyinggung pihak manapun Kita dapat bergama dengan santun   Dengan saling berpelukan Dengan saling berpegangan Kita dapat beragama dengan kedamaian   Bahwa agama yang kita yakini Adalah kehendak dari hati nurani Dan bukan paksaan akal murni   Bersujud di tempat masing-masing Memuja di sudut masing-masing Menghayati di ruang masing-masing   Beribadah akan terasa indah Bila diri tak lagi memaki Bila hati seraya beserah diri   Kiblatku dan kiblatmu tak perlu disamakan Tapi rasa persatuan dan penghormatan Adalah sisi terindah dari keberagamaan   Kediri, 19 Juli 2020     BUSANA KEYAKINAN Oleh: Atiq Ni’matus Sa’adah   Busana dipandang sebagai identitas Sentimen pada corak-corak golongan Menekan kemungkinan perbedaan Perasaan unggul dan tak merangkul   Sesungguhnya siapa hakikat diri kita? Bu

Puisi: Maskermu

MASKERMU Oleh: Ella Arta   Pagi itu masih terasa temaram meskipun sang fajar siap berbinar. Udara serasa membelai kulit dengan lembut mendebar. Kelembutanya merengkuh tiap desiran nafas umat di bumi ini semakin gencar.   Tak ada yang dapat mengalahkan kelembutan dan kesejukan udara pagi yang segar. Bahkan meskipun siang udara tetap menjadi hal yang sangat kita cari dengan debar. Namun semua harus berubah dan bersabar.   Tinggalkan sebentar udara segar. Demi melawan pandemi yang terlihat nanar. Entah pandemi ini kapan lelah berkelakar. Namun satu yang pasti aku yakini dengan benar. Menjaga diri ketika di luar ruangan akan menyelamatkan nyawa agar tak semakin ambyar.   Memutus mata rantai persebaran pandemi yang semakin menyebar. Dengan cara memakai masker dengan benar. Nafasmu mungkin harus sedikit dipisahkan dengan udara sebentar. Demi menjaga diri dari agar tidak terpapar.   Pakailah maskermu jangan di lepas saat kau berada di lu

Mengenai Saya

Foto saya
Atiq NS
Hai.. Nama saya Atiq Ni'matus Sa'adah. Biasa dipanggil Atiq. Kalau di lingkungan tempat tinggal saya, biasa dipanggil Asa. Saya adalah seorang mahasiswi yang suka menuliskan isi hatinya melalui puisi. Bagiku salah satu cara mengekspresikan diri adalah dengan menulis. Dan ketertarikanku adalah meulis puisi, maka maka aku mengutarakan apa yang aku ingin sampaikan melalui puisi. Salam kenal untuk yang baru pertama kali berkunjung ke blog berisi puisiu ini. Salam cinta untuk kalian semua yang selalu setia dengan ikhlas membaca puisi-puisiku dan meninggalkan komentarnya dalam blog ini. Semoga kita semua selalu dalam lindungan Tuhan dan dijadikan orang-orang yang bermanfaat bagi sesama. Wassalam...