Langsung ke konten utama

PUISI: SAJAK-SAJAK TOLERANSI BERAGAMA

PUISI: SAJAK-SAJAK TOLERANSI BERAGAMA

 

 

PRAHARA KIBLAT

Oleh: Atiq Ni’matus Sa’adah

 

Tanpa melukai hati siapapun

Tanpa menyinggung pihak manapun

Kita dapat bergama dengan santun

 

Dengan saling berpelukan

Dengan saling berpegangan

Kita dapat beragama dengan kedamaian

 

Bahwa agama yang kita yakini

Adalah kehendak dari hati nurani

Dan bukan paksaan akal murni

 

Bersujud di tempat masing-masing

Memuja di sudut masing-masing

Menghayati di ruang masing-masing

 

Beribadah akan terasa indah

Bila diri tak lagi memaki

Bila hati seraya beserah diri

 

Kiblatku dan kiblatmu tak perlu disamakan

Tapi rasa persatuan dan penghormatan

Adalah sisi terindah dari keberagamaan

 

Kediri, 19 Juli 2020

  


BUSANA KEYAKINAN

Oleh: Atiq Ni’matus Sa’adah

 

Busana dipandang sebagai identitas

Sentimen pada corak-corak golongan

Menekan kemungkinan perbedaan

Perasaan unggul dan tak merangkul

 

Sesungguhnya siapa hakikat diri kita?

Bukankah kita sama-sama penduduk bumi?

Apakah agama menjadi satu-satunya prasyarat untuk tinggal di bumi?

Aku rasa tidak

 

Busana yang kita kenakan, memang cerminan sebuah keyakinan

Tapi keyakinan adalah urusan hati dan bukan pandangan

Maka, bukan sebuah keniscayaan jika keyakinanku dan keyakinanmu harus disetarakan

Apapun keyakinan kita, satu hal kita tetap saudara

 

Kita adalah makhluk yang diciptakan untuk saling mengenal

Bukan untuk saling memusuhi

Itulah mengapa untukmu agamamu

Dan untukku agamaku

 

Kita tetap bisa bercengkrama dengan penuh rima tanpa saling berburuk sangka

Berpedoman pada keyakinan tanpa mejatuhkan kesakralan aliran

Menghargai dan meghormati, membuang iri dan dengki

Toleran dan moderat pada simbol-simbol busana keyakinan

 

Kediri, 20 Juli 2020

 


DURI DALAM IDEOLOGI

Oleh: Atiq Ni’matus Sa’adah

 

Terkungkung pada pola-pola formalitas

Tanpa makna yang meresap ke dalam dan menetas

Menerjemahkan stimulus beraroma kontradiksi

Bercermin dengan bayang yang masih terlihat ambang

Menelisik menancapkan duri dalam kelembutan

 

Persekutuan terselubung dalam penyelundupan

Ideologi-ideologi yang amat kaku

Dipaksa untuk mengamalkan dan mengajarkan

Dengan mengubah ideologi lama yang telah terlampau luhur

Mereduksi nilai-nilai arif yang membuatnya semakin luntur

 

Agama bukan hanya tentang populasi semata

Banyaknya spesies penganut golongan dengan keterpaksaan,

bukan kefinalan bagi sebuah agama

Yang paling ikhlas dalam beragama

Ialah sejatinya umat beragama

 

Bahwa bagama adalah merangkul bukan memukul

Memberi dukungan, bukan kungkungan

Menebar keselamatan, bukan kesesatan

Menanam keberkahan, bukan keserakahan

Menjaga persatuan, bukan pertikaian

 

Kediri, 22 Kediri 2020


#iainkedirimengabdi #KKN-DR048 #ModerasiBeragama #ToleransiBeragama



Komentar

  1. Semangaaat ๐Ÿ˜๐Ÿ‘

    BalasHapus
  2. Subhanallah. Puisinya cantik-cantik

    BalasHapus
  3. Menginspirasi sekali . Uwuu

    BalasHapus
  4. Agama adalah menumbuhkan cinta dan kemesraan, bukan kebencian dan kerusuhan. ๐Ÿค— heuheuheu๐Ÿ‘
    Uwuw bgt mbak.

    BalasHapus
  5. Mantullll euyyy, lanjutkeunnnn.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi: Latar Belakang

  LATAR BELAKANG Oleh: Atiq Ni’matus Sa’adah   Ketika tengah menjadi mahasiswa tingkat akhir, aku harus melakukan penelitian guna menjadi prasyarat untuk dapat menyandang gelar sarjana. Aku sungguh kebingungan, bahkan hanya untuk menulis latar belakang. Apa ini karena aku terlalu sering menulis namamu? Hingga untuk menulis latar belakang sebuah penelitian saja, aku mengalami kesulitan. Aku berkeliling untuk mengamati lingkungan sekitar, dengan harap agar aku mendapat ilham untuk kemudian aku tuliskan sebagai latar belakang sebuah penelitian. Tetap saja, aku tak mendapatkan sebuah permasalahan yang bisa aku bahas di dalam penelitian. Apa ini karena aku terlalu sering mengamati wajahmu? Hingga untuk mengamati dan memahami permasalahan, aku sungguh kesulitan. Aku mencoba untuk berbincang-bincang dengan banyak orang. Orang dewasa maupun yang kurang dewasa. Bertanya kesana-kemari. Namun, tetap tak mendapatkan jawaban. Latar belakang penelitian itu tak kunjung bersarang di ot

Puisi: Maskermu

MASKERMU Oleh: Ella Arta   Pagi itu masih terasa temaram meskipun sang fajar siap berbinar. Udara serasa membelai kulit dengan lembut mendebar. Kelembutanya merengkuh tiap desiran nafas umat di bumi ini semakin gencar.   Tak ada yang dapat mengalahkan kelembutan dan kesejukan udara pagi yang segar. Bahkan meskipun siang udara tetap menjadi hal yang sangat kita cari dengan debar. Namun semua harus berubah dan bersabar.   Tinggalkan sebentar udara segar. Demi melawan pandemi yang terlihat nanar. Entah pandemi ini kapan lelah berkelakar. Namun satu yang pasti aku yakini dengan benar. Menjaga diri ketika di luar ruangan akan menyelamatkan nyawa agar tak semakin ambyar.   Memutus mata rantai persebaran pandemi yang semakin menyebar. Dengan cara memakai masker dengan benar. Nafasmu mungkin harus sedikit dipisahkan dengan udara sebentar. Demi menjaga diri dari agar tidak terpapar.   Pakailah maskermu jangan di lepas saat kau berada di lu

Mengenai Saya

Foto saya
Atiq NS
Hai.. Nama saya Atiq Ni'matus Sa'adah. Biasa dipanggil Atiq. Kalau di lingkungan tempat tinggal saya, biasa dipanggil Asa. Saya adalah seorang mahasiswi yang suka menuliskan isi hatinya melalui puisi. Bagiku salah satu cara mengekspresikan diri adalah dengan menulis. Dan ketertarikanku adalah meulis puisi, maka maka aku mengutarakan apa yang aku ingin sampaikan melalui puisi. Salam kenal untuk yang baru pertama kali berkunjung ke blog berisi puisiu ini. Salam cinta untuk kalian semua yang selalu setia dengan ikhlas membaca puisi-puisiku dan meninggalkan komentarnya dalam blog ini. Semoga kita semua selalu dalam lindungan Tuhan dan dijadikan orang-orang yang bermanfaat bagi sesama. Wassalam...